Orang tua adalah guru rupaka yang menjadikan kita sebagai manusia yang patut kita hormati dan berbhakti kepada orang tua disebutkan juga hal yang utama, karena pahala yang diperoleh disebutkan amatlah besar.
- Orang tua itu tidak hanya meme bapa (atau ibu bapak) yang melahirkan kita akan tetapi,
- yang menghidupi dan yang memberi pendidikan, matua dll
- juga kita sebut orang tua.
- Kita wajib mohon restu darinya tidak peduli apa keyakinannya,
- Jadi kewajiban kita mohon restu dengan menghormatinya meski tidak harus menuruti karena keyakinan kita beda.
- Bukankah Tuhan itu hanya satu esa?
Bilakah ternyata mereka 'tidak menerima' doa kita, misalkan kita berbeda keyakinannya,
- yakinlah pada Tuhan bahwa kita telah melaksanakan kewajiban kita terhadap orang tua,,, yaitu mendoakan mereka karena tanpa disadaripun doa / mantra kita akan sampai pada mereka (bapak dan ibu).
Sebagai tambahan, disebutkan pula bahwa :
- Bagi orang tua, pelaksanaan upacara Menek Kelih yang sarat akan nilai - nilai pendidikan dengan wejangan - wejangan si orang tua kepada si anak untuk memiliki masa depan yang lebih baik, dalam lontar agastya parwa disebutkan dapat membuat peluang bagi keluarganya untuk masuk sorga yaitu alam swah loka.
- Pengembangan budi pekerti yang luhur sebagai bentuk perilaku (subha karma) yang mengacu kepada konsep sastra suci dan implementasi ajaran Tri Rna, baik kepada setiap orang, Tuhan, orang tua dan leluhur, Guru, orang suci dll.
- Kewajiban suci kita kepada para leluhur termasuk kepada orang tua kita, sehubungan dengan kelahiran kita serta perhatiannya semasa hidup kita diwujudkan dalam bentuk upacara pitra yadnya.
- Dan suatu saat telah dilakukan upacara ngaben pada beliau, jiwa atau atma orang tua kita, disebutkan masih tetap berada pada rong 3 di sanggah kemulan sebagai Dewa Hyang setelah mencapai alam swah loka untuk kembali dapat menuntun keturunannya.
Sumber : sejarahharirayahindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar