Pengertian dan filosofi dari Canang | Berasal dari bahasa jawa kuno yang pada mulanya berarti sirih, yang disuguhkan pada tamu yang sangat dihormati.
- Jaman dulu, sirih benar – benar bernilai tinggi.
- Setelah agama Hindu berkembang di Bali,
- sirih itupun menjadi unsur penting dalam upacara agama dan kegiatan lain.
Di Bali, salah satu bentuk banten disebut “Canang” karena inti dari setiap canang adalah sirih itu sendiri.
Selain hal tersebut diatas, canang dalam beberapa penggunaan sebagai perlengkapan upacara yadnya di Bali juga disebutkan memiliki fungsi dan makna tersendiri seperti disebutkan :
- Canang Sari, sebagai inti dari setiap yadnya dan upakara, karena dalam setiap banten atau yadnya apa pun selalu berisi Canang Sari.
- Canang Merake dibuat dengan alasnya menggunakan ceper atau tamas, diatasnya diisi raka - raka berupa tebu, pisang, buah-buahan serta beberapa jenis jajan dan sebuah "sampian" disebut "Srikakili" dibuat dari janur berbentuk kojong diisi plawa, porosan serta bunga.
- Canang Gantal sebagai permohonan umat kehadapan Sang Hyang Widhi agar dianugerahkan kedamaian.
- Canang Pengrawos dilengkapi dengan lekesan sebanyak 5 buah sebagai simbul dari, sabda, bayu, idep ("kekuatan pikiran"; Tri Pramana), rasa, dan cita.
- Banten canang dan cara membuatnya | Besar kecilnya volume Banten Canang tergantung dari kemampuan riil kita, karena upacara dilaksanakan berdasarkan hati suci yang tulus ikhlas. Maka sekali lagi berupacaralah dengan kemampuan yang riil, agar tujuan upacara tercapai dengan baik.
- Canang Pengengkab, digunakan sebagai upakara saat piodalan yang berkenaan dengan tarian sakral (seperti topeng sidhakarya) atau alat musik yang digunakan dalam prosesi piodalan.
- Canang Saraswati, sebagai permohonan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dalam hal ini Dewi Saraswatiguna dianugrahi kepradnyanan dan kesiddhian.
- Membuat canang : definisi, komponen dan filosofis disebutkan yaitu :
- Ceper | berbentuk segi empat juga merupakan simbol kekuatan "Ardha Candra" (bulan).
- Beras | lambang/nyasa Sang Hyang Ātma , yang menjadikan badan ini bisa hidup.
- Lepa | lambang/nyasa sebagai sikap dan prilaku yang baik.
- Minyak Wangi | lambang/nyasa ketenangan jiwa atau pengendalian diri dalam menata hidup ini.
- Bunga | lambang/nyasa, kedamaian, ketulusan hati.
- Dll
Sumber : sejarahharirayahindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar