Beburon adalah sebutan hewan atau binatang di Bali. Binatang disebutkan sato sebagai makhluk hidup yang memiliki dua aspek kemampuan dwi pramana yang berupa :
- bayu sebagai tenaga untuk hidup.
- sabda yaitu kemampuan untuk berbicara
Binatang sebagai ciptaan Tuhan yang dalam ajaran ahimsa disebutkan maka tidaklah dibenarkan manusia menyiksa dan membunuhnya dengan sewenang-wenang agar pengendalian diri kita ini mencapai kesempurnaan rohani dan kesucian lahir bathin.
Namun dalam hidup ini kita pasti pernah membunuh binatang baik sengaja maupun tidak yang dalam Ahimsa Parama Dharma disebutkan hendaklah kita sebagai manusia tidak boleh lupa untuk mendoakan binatang tersebut sebelum dibunuh agar rohnya mendapat peningkatan.
Ada sepotong cerita dalam siwa ratri, konon dalam catatan Sang Suratma, Lubdaka telah melakukan banyak sekali pembunuhan, sudah ratusan bahkan mungkin ribuan binatang yang telah dibunuhnya, sehingga sudah sepatutnya kalo dia harus dijebloskan ke neraka, alam bhur loka.
Siva menjelaskan bahwa;
Siva menjelaskan bahwa;
- Lubdaka memang betul selama hidupnya banyak melakukan kegiatan pembunuhan binatang,
- tapi semua itu karena didasari oleh keinginan/niat untuk menghidupi keluarganya. dan
- dia telah melakukan tapa brata (mona brata, jagra dan upavasa/puasa) dalam Siva Ratri/Malam Siva dan sejak malam itu sang Lubdaka menempuh jalan hidup baru sebagai seorang petani.
- Sehingga dia berhak dibebaskan dari ikatan karma wasana sebelumnya sebagai seorang pemburu binatang.
Penggunaan binatang sebagai makanan dan upacara yadnya hendaknya juga dissesuai dengan sastra yadnya dan kitab suci weda seperti disebutkan :
- Dalam Atharwa Weda, sebelum disemblih hendaknya binatang tersebut didoakan terlebih dahulu dengan mengginakan Mantra atau doa yg sering diucapkan kalau menyemblih Hewan /Binatang.
Om Pasu pasaya wihmahi
artinyaSirah cedaya dhimahi,Tanno twah pracodayat,Ya Tuhan, kami membunuh binatang dengan hati suci,Semoga jiwa raganya mendapat kemajuan ketempat yg lebih tinggi. - Penggunaan binatang kurban pada caru dalam Manawa Dharmasastra V.40. disebutkan bahwa Tumbuh-tumbuhan dan binatang yang digunakan sebagai sarana upacara Yadnya itu akan meningkat kualitasnya dalam penjelmaan berikutnya.
- Sebagai bahan olahan ngebat untuk upacara yadnya dalam sumber kutipan Lontar Dharma Caruban disebutkan penggunaan mantra/doa berbeda menurut jenis hewannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar