Patra adalah ukiran atau relief yang berbentuk tumbuhan merambat dan menjalar sebagai bagian jejepan dari rumus perhitungan wariga dan dewasa ayu dalam kalender bali yang digunakan untuk menentukan hari baik berdasarkan wariga dan dewasa ayu.
Patra yang digunakan dalam motif hias ukir - ukiran sebagaimana disebutkan dalam keketusan dan kekarangan, yang berbeda halnya dengan ukirankekarangan, pepatran ini merupakan jenis ragam hias yang berwujud gubahan - gubahan keindahan hiasan dalam patern - patern yang juga disebut patra.
Ide dasar pepatran sebagaimana ditambahkan, banyak motif patra yang diambil dari bentuk - bentuk keindahan flora yang diambil sedemikian rupa sehingga jalur daun, bunga, putik dan ranting dibuat berulang - ulang.
Masing - masing pepatra memiliki identitas yang kuat dalam penampilannya, sehingga mudah diketahui seperti :
- Patra Punggel yang ide dasarnya diambil dari potongan tumbuh - tumbuhan menjalar, terutamanya ujung daun paku yang masih muda.
- Jenis pepatran yang lain,
- Patra Cina, sesuai dengan namanya diyakini oleh masyarakat Bali sebagai pengaruh dari kebudayaan Cina yang merupakan stiliran dari tumbuhan kembang sapatu yang dalam pengolahan batang, daun dan bunganya dibuat dengan garis tegas sehingga mencerminkan pola yang konstruktif.
- Patra Samblung, ide dasarnya diambil dari tanaman Samblung, yakni tanaman menjalar dengan daun - daun yang lebar. Dalam pepatran tanaman samblung ini dibuat berupa tanaman yang ujung - ujungnya menjalar dan melengkung harmonis yang dalam bangunan rumah tradisional Bali jenis pepatran ini menempati bidang - bidang yang panjang karena polanya yang berulang dan memanjang.
- Patra Cilinaya, menggambarkan keceriaan masa muda para gadis.
Sehingga dengan adanya motif hias ukir - ukiran dalam suatu bangunan pelinggih pura yang disesuaikan dengan desa kala patra disebutkan agar vibrasi kesucian suatu tempat suci tetap terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar