Taru adalah pepohonan yang berhubungan dengan tumbuhan berkayu.
Di Bali, biasanya diawal pembuatan sanggah turus lumbung, terlihat pula banyak umat menggunakan pepohonan dapdap yang dipercayai sebagai taru sakti.
Di Bali, biasanya diawal pembuatan sanggah turus lumbung, terlihat pula banyak umat menggunakan pepohonan dapdap yang dipercayai sebagai taru sakti.
Dimana berkaitan dengan penggunaan segala jenis taru ini agar selalu diberikan keselamatan dan terlepas dari bencana untuk doa sesapan ditujukan pada Betare Sangkara sebagai dewanya tumbuh-tumbuhan.Dalam pembuatan sanggah kemulan kayu yang dapat dipilih biasanya disebutkan sebagai berikut :
- Cendana tergolong kayu prabhu (utama).
- Menengan tergolong (madya) kayu patih.
- Cempaka tergolong kayu arya (utama).
- Majagau tergolong kayu demung (madya)
- Suren tergolong kayu demung (nista).
Di Bali, pohon yang diambil kayunya untuk bahan tempat pemujaan sebagai mediasi pemujaan kepada Tuhan dalam lontar Kutara Purana Bangsul disebutkan akan selalu disucikan terlebih dahulu dengan menggunakan upacara seperti mlaspas ataupun pasupati untuk dapat memberi kekuatan magis pada benda - benda sakral seperti keberadaan sebuah arca, pelinggih dll.
Taru sebagai pohon pertama kehidupan dalam pertamanan tradisional bali berlandaskan unsur satyam, siwam, sundaram, relegi dan usada yang sebagaimana disebutkan dalam pemutaran Mandara Giri di Ksirarnawa memunculkan segala bentuk dan keindahan kayu Kasta Gumani sebagai lima unsur tanaman pertama Panca Wriksa yang tumbuh dan memberi kehidupan atau kalpataru, yang kelima pohon tersebut yaitu :
- Bingin yang dapat memberikan keteduhan dan kedamaian hidup,
- Ancak Bodhi sebagai tempat meditasi untuk berhubungan dengan Tuhan, memohon kehidupan dan kedamaian,
- Pisang, makanan yang memberikan kehidupan,
- Tanaman uduh yang merupakan tempat menerima “pituduh/wangsit” atau petuah
- Tanaman Peji, sebagai tempat memuji atau menyembah kebesaran Tuhan.
Konon tersebutlah di sebuah desa Bali Mula yang memiliki keunikan dalam upacara adat ngaben di Desa Trunyan Bali, ada sebuah pohon Taru Menyan yang menebarkan bau sangat harum. Bau harum itu mendorong Ratu Gede Pancering Jagat untuk mendatangi sumber bau. Beliau bertemu dengan Ida Ratu Ayu Dalem Pingit di sekitar pohon-pohon hutan cemara Landung.
Di sanalah kemudian mereka kawin dan secara kebetulan disaksikan oleh penduduk desa hutan Landung yang sedang berburu. Taru Menyan itulah yang telah berubah menjadi seorang dewi yang tidak lain merupakan istri dari Ida Ratu Pancering Jagat.
Mitos pohon dalam kutipan artikel Sastra Bali: Satua Bali, Legenda Bali, dan Sesapan atau saa diceritakan sebagai berikut :
- Pohon Tulasi | digubah dalam sastra. Sang Hyang Narayana menciptakan pohon yang pertama sekali ialah namanya Tulasi.
- Pohon Parijata | oleh Wisnu diberikan kepada Rsi Kasyapa.
- Cemara sebagai penebar aura kesucian.
Sumber : sejarahharirayahindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar