Pratyaksa Pramana adalah cara untuk mengetahui dan meyakini sesuatu dengan cara mengamati langsung terhadap sesuatu obyek, sehingga tidak ada yang perlu diragukan tentang sesuatu itu selain hanya harus meyakini yang dalam widhi tatwa disebutkan merupakan bagian dari Tri Pramana.
Pratyaksa juga dalam kutipan artikel ketutwirama dalam sad darsana (filsafat nyaya dan mimamsa) disebutkan, bahwa alat yang dipakai untuk mengamati sesuatu dibedakan menjadi dua yaitu:
- Pengamatan melalui panca indera,
- Pengamatan yang bersifat transenden atau yang luar biasa
Contoh: seorang Yogi dapat mengetahui sesuatu yang tidak dapat diamati oleh indera orang biasa. Ini disebabkan karena seorang Yogi dapat berhadapan dengan sasaran yang mengatasi indra manusia.
Kekuatan seperti itu dimiliknya karena mempunyai menguasai dan menghubungkan prana pada dirinya dengan prana pada makrokosmos.
Disamping alat untuk mengamati, maka proses pengamatan itu dibedakan pula menjadi dua yaitu:
- Nirwikalpa yaitu pengamatan yang tidak ditentukan.
- Contoh: kita dapat mengamati sesuatu tanpa mengetahui volume, berat, warna dan jenis dari obyek yang diamati.
- Sawikalpa yaitu pengamatan yang ditentukan atau dibeda-bedakan.
Contoh: kita mengamati suatu obyek yang menjadikan kita tahu dan mengerti secara betul tentang sasaran (obyek) yang diamati, baik ukurannya, sifatnya, maupun jenisnya. Dengan demikian melalui sawikalpa memungkinkan kita mendapatkan pengetahuan yang benar. Pengetahuan itu dikatakan benar bila keterangan atau sifat yang deinyatakan cocok dengan obyek yang diamati.
Disamping pengamatan terhadap obyek yang nyata maka Nyaya juga mengajarkan bahwa obyek yang tidak ada maupun yang tidak nyata juga dapat diamati.
- Contoh: adanya daun yang tidak berwarna hijau, sedangkan umumnya daun berwarna hijau. Jika kita mengamati daun yang tidak berwarna hijau maka kita akan melihat tidak adanya warna hijau.
Dalam buku Harsa Swabodhi juga manyatakan bahwa Pratyaksa Pramana itu mengadakan penglihatan atau pengamatan langsung untuk mendapatkan pengetahuan tentang sesuatu (benda/hal):
- Pengamatan perasaan
- Pengamatan jiwa
- Kesadaran diri sendiri
- Intuisi, kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional dan intelektualitas.
- Terkadang setiap penjelasan tidak akan pernah bisa mewakili secara tepat,
- Hanya bisa dialami sendiri secara langsung oleh orang - orang yang telah mencapai kesucian yang tinggi.
Sumber : sejarahharirayahindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar