OM SWASTYASTU * SELAMAT DATANG DI SASTRA AGAMA INI * SEMOGA SEMUA INFORMASI YANG DISAJIKAN DI SASTRA AGAMA BERGUNA BUAT SAUDARA DAN SAUDARI * SAHABAT DAN REKAN SEMUA * ARTIKEL YANG TERSAJI DISINI MERUPAKAN REFERENSI DARI BERBAGAI SUMBER YANG TERPERCAYA * TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA
bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Religi

Dalam kehidupan masyarakat prasejarah, sistem religi merupakan salah satu unsur kebudayaan yang bersifat universal dan sangat kompleks. 
Dahulu, sebagai peninggalan tradisi zaman megalitik, misalnya; tahta batu, dolmen, menhirarca yang bercorak megalitik disebutkan mencerminkan bahwa perkembangan religi pada masa itu telah maju.
Secara umum dalam Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Bali sebagai sumber belajar kebudayaan Bali dan upaya pelestariannya disebutkan ada 5 unsur pokok yang berkembang dalam berbagai religi di dunia. 


Kelima unsur tersebut, yaitu: 
  1. Emosi keagamaan
  2. Sistem kepercayaan
  3. Sistem ritual dan upacara
  4. Peralatan situs dan upacara, 
  5. Kelompok keagamaan atau satuan-satuan sosial yang mengonsepkan dan mengaktifkan religi serta sistem keagamaan. 
Kepercayaan terhadap adanya kekuatan diluar kekuatan manusia sudah ada sejak konsep religi dikenal oleh manusia. Bagi masyarakat prasejarah, 
kepercayaan terhadap kekuatan arwah, ada kehidupan sosialnya. Mereka percaya bahwa ada kehidupan lain setelah kematian, yaitu didalam arwah atau supernatural. 
Kepercayaan ini mendorong mereka untuk brtempat tinggal di pegunungan, terutama pada hulu sungai dimana air tetap dianggap dapat menunjang kelangsungan hidup. 

Munculnya kepercayaan bahwa arwah nenek moyang bersemayam di suatu tempat yang tinggi, seperti dipuncak-puncak gunung
Hal ini menimbulkan kepercayaan bahwa puncak-puncak gunung merupakan tempat suci dan tempat bersemayamnya para dewa.
Pemukiman merupakan tempat manusia mengelola lingkungannya, membangun tempat berlindung dari pengaruh panas, hujan, dan angin, serta merupakan pusat aktifitas dan religiusnya. 

Pemilihan lokasi pemukiman sangat bergantung kepada ketersediaan sumber daya yang akan dieksplorasi. 
Dahulu, pada umunya, pemilihan lokasi pemukiman yaitu didekat sungai atau hutan yang kaya dengan sumber daya alam baik dalam bentuk flora atau fauna untuk menunjang kehidupan.
Oleh karena itu, dahulu bangunan-bangunan pemukiman didirikan dengan sumber mata air sedangkan bangunan yang berhubungan dengan kegiatan religius memilih lokasi di puncak gunung, bukit atau tempat lain yang lokasi lebih tinggi.

Seperti halnya keberadaan Pura Besakih yang berada di Gunung Agung dengan Pedharman yang ada sebagai tempat untuk pemujaan dan penghormatan kepada para arwah leluhur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekar Madya