OM SWASTYASTU * SELAMAT DATANG DI SASTRA AGAMA INI * SEMOGA SEMUA INFORMASI YANG DISAJIKAN DI SASTRA AGAMA BERGUNA BUAT SAUDARA DAN SAUDARI * SAHABAT DAN REKAN SEMUA * ARTIKEL YANG TERSAJI DISINI MERUPAKAN REFERENSI DARI BERBAGAI SUMBER YANG TERPERCAYA * TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA
bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Ngeringkes

Ngeringkes atau Ngelelet adalah upacara yang bertujuan untuk pengembalian atau penyucian asal mula dari manusia yaitu berupa huruf2 / aksara suci yang harus dikembalikan lagi sebagai bagian dari upacara ngaben yang dalam sumber kutipan tata cara indik ngaben disebutkan : 
sewaktu manusia lahir diberi kekuatan oleh Sang Hyang Widhi berupa Ongkara Mula, 
didalam sawa nantinya bermanifestasi menjadi SastraMudra, Sastra Wrestra (Nuriastra) dan Sastra Swalalita
Ketiga kekuatan sastra ini memberi makna Tri Kona yaitu berupa Utpti, Stiti, Pralina (lahir, hidup, mati). 

Ketiga sastra ini kemudian bermanifestasi lagi memberi jiwa kepada setiap sel tubuh. Sebagai contoh Sastra Wrestra (Nuriastra) antara lain:
  1. A = kekuatan pada Ati Putih
  2. Na = kekuatan pada Nabi (pusar)
  3. Ca = cekoking gulu (ujung leher)
  4. Ra = tulang dada (tulang keris)
  5. Ka = pangrengan (telinga)
  6. Da = dada
  7. Ta = netra (mata)
  8. Sa = sebuku-buku (sendi)
  9. Wa = ulu hati  (Madya)
  10. La = lambe (bibir)
  11. Ma = cangkem (mulut)
  12. Ga = gigir (punggung)
  13. Ba = bahu (pangkal leher)
  14. Nga = irung (hidung)
  15. Pa = pupu (paha)
  16. Ja = jejaringan (penutup usus)
  17. Ya = ampru (empedu)
  18. Nya = smara (kama)
Tubuh manusia memiliki 108 Sastra Dirga (huruf-huruf suci) yang pada waktu meninggal sastra2 itu dikembalikan ke sastra Ongkara Mula atau disebut Ongkara Pranawa. 
Proses pengembalian inilah disebut Ngeringkes yang memerlukan upacara dan sarana. 
Atiwa-tiwa sudah merupakan pensucian tahap permulaan, sehingga setelah atiwa-tiwa jenasah / sawa sudah bisa digotong dinaikkan ke paga atau wadah atau bade

Jika dikubur (atau disebut mendem sawa) tanpa atiwa-tiwa secara lengkap sesungguhnya jenasah tidak boleh digotong, tetapi dijinjing karena masih berstatus Petra belum dilaksanakan upacara sawa wedana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekar Madya