- Anak babi disebut kucit
- Ibunya disebut bangkung
- Bapaknya disebut kaung.
Dalam memaknai perayaan Penampahan Galungan, penyembelihan babi itu sesungguhnya disebutkan sebagai simbol untuk menyembelih sifat-sifat malas seperti babi.
Di Bali, masakan dari daging babi menjadi sangat favorit sebagai pelengkap hidangan dalam masakan khas Bali seperti halnya lawar,babi guling (pig roaster) dll.
Dalam berbagai kisah pun mewarnai babi ini seperti diceritakan :
- Dalam mitologi Pemutaran Gunung Mandara Giri, suatu ketika Dewa Wisnu sedang mengubah diri menjadi seekor babi hutan serta menggali tanah mencari pangkal lingga milik Dewa Siwa hingga ke dasar bumi.
- Ketika sedang menggali dasar bumi tersebut, babi hutan jelmaan Wisnu tersebut bertemu dengan Dewi Pertiwi yang cantik.
- Perjumpaan dewi bumi dan dewa hujan yang sedang berwujud babi hutan ini berlanjut sebagai kisah percintaan yang melahirkan seorang putera yang bernama Bhoma sebagai spirit penjaga kesakralan padmasana.
- Dahulu juga di Indrakila, Arjuna khusyuk dalam tapasyanya, namun tiba-tiba, Arjuna melihat seekor babi hutan yang ganas mendekat dan mengalihkan perhatiannya.
- Dalam upacara ngebekin, banten-banten yang dipersembahkan ke Pura Pucak Mangu tidak boleh menggunakan daging babi.
Dalam sejarahnya, Hindu Bali & babi bukan saja hanya dalam kegiatan ritus, babi sudah sejak lama menjadi semacam mitos yang melekat di lingkungan orang Bali.
- Di hutan-hutan Asia Tenggara, babi diperkirakan sudah ditemukan selama ribuan tahun dan diternakkan paling tidak sejak 3000 tahun S.M.
- Babi dianggap sebagai pengalih yang paling efisien dari padi-padian ke daging dan merupakan sumber daging utama.
- Sewaktu McPhee mengunjungi Kuil Kematian, ia menyaksikan relief-relief arkais yang menunjukkan manusia dikelilingi oleh banyak babi.
- Ada pula kisah Raja Badulu (Sri Tapolung) yang dikisahkan memiliki semacam topeng mengerikan, kombinasi mata manusia dan mulut dengan moncong dan taring babi hutan.
- Dalam kitab Nagarakrtagama (1365), babi disinggung sebagai salah satu jenis daging yang dihidangkan di Istana Majapahit.
- Selain Madura, Bali pun dahulu menjadi wilayah pengekspor ternak ke Jawa pada abad ke-14 sebagaimana juga masih bertahan selama berabad-abad.
Pada kurun abad ke-19 hingga awal abad ke-20, Babi menjadi hewan ternak selain lembu yang menjadi kebutuhan utama rumah tangga keluarga Bali.
Hampir setiap kepala keluarga memiliki paling sedikit satu sapi dan beberapa ekor babi yang diperuntukkan untuk kebutuhan pribadi atau nantinya akan dijual ke pasar lokal dan juga ekspor.
Pada tahun 1910, total ekspor babi dari selatan Bali mencapai 33.400 ekor.
Babi yang dijual tiap ekornya dihargai fl. 20 (fl=florin, satuan mata uang zaman Belanda).
Babi sebagai hewan domestik, sudah menjadi pertimbangan bahwa babi merupakan komoditi ekonomi sekaligus sebagai bahan makanan yang dikonsumsi banyak orang di dunia.
Sumber : sejarahharirayahindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar