Cakra adalah perlambang perputaran alam semesta dan hidup atau windu (simbol kekosongan yang murni/ananda) yang sebagaimana dijelaskan dalam penggunaan tamas pada sebuah banten pejati dimana perputaran cakra tersebut juga telah diamanatkan dalam “Bhagawad Gita” sebagai perputaran Cakra Yadnya yaitu :
- ‘berkurban secara timbal balik antara Tuhan dengan manusia’.
- Salah satu tindakan yang mengikuti konsep cakra yadnya sebagaimana disebutkan caru panca sata simbol keharmonisan manusia dengan kosmos dilaksanakan secara sekala maupun niskala.
Dan kisah tentang cakra dalam kemenangan dharma juga diceritakan :
- Konon dikisahkan, dengan bersenjatakan cakra, Sang Hyang Wisnu berwujud Badawang (Kurma) yang amat menakutkan berperang melawan Watugunung, seorang manusia yang amat berdosa untuk menyelamatkan alam ini.
"Bagaikan gelombang laut yang murka, bergetarlah dunia ini, sehingga menyebabkan para dewa sibuk bertanya".
Sang Hyang Siwa pun berkata kepada para dewa : ”Hai anakku semua, apakah kiranya yang terjadi sehingga terjadi getaran - getaran yang hebat itu”.
- Pendek cerita, lalu keluarlah api yang amat hebat dari kurma perwujudan Hyang Wisnu, disemburlah si Watugunung, dibelit oleh bajra ditikam dengan cakra.
- Akhirnya kalahlah sang Watugunung, tembus dadanya. Berkatalah sang Watugunung: ”Ih Hyang Wisnu sekarang matilah aku dengan marahnya lalu mengatakan, aku tidak akan henti-hentinya bermusuhan dengan dirimu, sampai kepada penjelmaanku yang ketujuh aku tidak akan melupakan hal ini.
- Demikian juga senjata Cakra milik Krishna diceritakan oleh indoamaterasu, yaitu sebagai berikut :
- Konon cakra tersebut berupa piringan berbentuk gerigi yang memutar dan berwarna kuning keemasan.
- Senjata tersebut mampu menyerap senjata musuh, bahkan senjata sekaliber Dewa Indra berhasil diserapnya.
- Diceritakan juga saat Krishna melerai pertarungan antara Arjuna dan Dewa Indra, Cakra Baskara mampu menyerap panah Arjuna dan Bajra milik Dewa Indra.
Demikianlah cakra tersebut dijelaskan sebagai simbol perputaran kemenangan hidup yang menjadi pedoman agar kita selalu dapat menegakan dharma kebaikan di alam ini.
Sumber : sejarahharirayahindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar