Belajar membaca lontar Aksara Bali untuk menambah kecerdasan dan wawasan sejarah |
Kata Aksara dalam bahasa Sansekerta artinya yang kekal abadi.
Ini berarti tujuan Tuhan menurunkan Aksara tersebut untuk menyebarkan ajaran suci Tuhan yang kekal dan abadi itu seperti halnya dalam kutipan Babad Bali di Penataran Pura Agung Besakih Mandala 1 disebutkan bahwa,
Aksara yang bersifat kekal dan abadi baik dalam bentuk huruf, angka maupun simbol-simbol tersebut, di Bali sampai saat ini aksara tersebut tetap digunakan pada lontar - lontar untuk mendokumentasikan dan mengabadikan suatu peristiwa komunikasi dalam bentuk tulis yang merupakan transformasi dari
- a berarti tidak, dan
- ksara berarti termusnahkan.
Ini berarti tujuan Tuhan menurunkan Aksara tersebut untuk menyebarkan ajaran suci Tuhan yang kekal dan abadi itu seperti halnya dalam kutipan Babad Bali di Penataran Pura Agung Besakih Mandala 1 disebutkan bahwa,
- Eka Aksara, aksara suci Brahman yang tertinggi.
- Aksara Omkara itu berasal dari aksara, A-U-M.
- Vijaksara, aksara asal mulanya Mantra Veda.
Aksara yang bersifat kekal dan abadi baik dalam bentuk huruf, angka maupun simbol-simbol tersebut, di Bali sampai saat ini aksara tersebut tetap digunakan pada lontar - lontar untuk mendokumentasikan dan mengabadikan suatu peristiwa komunikasi dalam bentuk tulis yang merupakan transformasi dari
- bunyi-bunyi bahasa dalam bentuk lambang atau
- tanda-tanda tertentu yang sedikitnya mewakili ujaran.
Melalui aksara tersebut baik yang ditatah di atas batu hingga ditulis di atas daun lontar dan lempeng tembaga,
Kejayaan dan kesuraman masa lalu dapat dijamah kembali dengan bukti-bukti literal.
Masyarakat Bali dapat mengetahui sejarah seperti raja-raja yang pernah bertahta dan berjaya di Bali mulai dari dinasti Warmadewa hingga dinasti Kepakisan melalui aksara yang ditulis dalam prasasti maupun karya-karya sastra, tanpa harus kembali ke masa itu.
Tentu hal ini pula yang secara sadar dan mendasar telah dipahami serta dihayati oleh para leluhur masyarakat Bali. Sehingga kemudian, para ahli membedakan aksara Bali berdasarkan fungsinya menjadi dua yaitu :
- Aksara biasa yang berfungsi untuk menuliskan masalah-masalah yang berkaitan dengan keseharian masyarakat Bali yang terbagi menjadi dua :
- Wreastra; aksara keseharian masyarakat Bali dari jaman dulu.
- Swalalita; untuk menulis weda, kekawin, palawakia, kanda, tutur, dan sebagainya.
- Aksara suci, mulai dari aksara sakti, aksara kawisesan, dan aksara wayah.
- Wijaksara, 'huruf, suku kata; suku kata suci' yang diyakini memiliki kekuatan kesucian, kekuatan magis, kekuatan magnetis, niskala, dan spiritual religius yang terdiri dari :
- ekaksara ongkara, dwi aksara, tri aksara, pancaksara, pancabrahma, dasaksara, catur dasaksara, dan sad dasaksara.
- seperti "Aksara Wyanjana" Aksara Suci dalam Kajang.
- Modre. secara etimologis berasal dari kata mudra yang sering dipergunakan dalam hal-hal yang berkaitan dengan aspek keagamaan.
- Penggunaan ulap-ulap dalam upacara pemakuhan yang melambangkan akan adanya cahaya terang atau sinar suci baru.
- Warga Aksara, dengan pengembangan suatu sistem pengelompokkan huruf menurut dasar pengucapannya.
Sumber : sejarahharirayahindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar