OM SWASTYASTU * SELAMAT DATANG DI SASTRA AGAMA INI * SEMOGA SEMUA INFORMASI YANG DISAJIKAN DI SASTRA AGAMA BERGUNA BUAT SAUDARA DAN SAUDARI * SAHABAT DAN REKAN SEMUA * ARTIKEL YANG TERSAJI DISINI MERUPAKAN REFERENSI DARI BERBAGAI SUMBER YANG TERPERCAYA * TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA
bebas bayar, pembayaran mudah dan cepat, transaksi online, pembayaran tagihan dan tiket, transfer dana online

Padma Bhuwana Tiga

Padma Bhuwana Tiga (Padma Tiga Padma bhuwana;Padmasana Tiga) adalah tiga pelinggih utama yang berada di penataran agung pura besakih untuk memuja Ida Sanghyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa dalam perwujudan Sang Hyang Tri Purusa sebagai jiwa - jiwa agung alam semesta ini.

Menurut Piagam Besakih, ''Padma Tiga'' Pura Besakih Sumber Kesucian, Pemujaan Tri Purusa disebutkan oleh PHDI, Pura Agung Besakih sebagai Sari Padma Bhuwana atau pusatnya dunia

yang dilambangkan berbentuk bunga padma. Oleh karena itu, Pura Agung Besakih merupakan pusat untuk menyucikan dunia dengan segala isinya. 

Dalam Mantra Rgveda ada dinyatakan bahwa keberadan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa memenuhi alam semesta ini yang dinyatakan dalam Piagam Besakih dan juga dalam beberapa sumber lainnya disebutkan bahwa :

  • Padma Tiga yang berada di kanan dengan busananya berwarna hitam untuk Parama Siwa yang berada di luar alam semesta, dalam keadaan Nirguna Brahman artinya tanpa sifat atau manusia tidak mungkin melukiskan sifat-sifat Tuhan Yang Mahakuasa itu. 
  • Padma Tiga yang di tengah dengan busananya berwarna putih kuning untuk Sada Siwa, Tuhan keadaan Saguna Brahman. Artinya Tuhan sudah menunjukkan ciri-ciri niskala untuk mencipta kehidupan yang suci dan sejahtera. Putih lambang kesucian dan kuning lambang kesejahteraan. 
  • Padma Tiga yang di kiri dengan busananya berwarna merah itu sebagai simbol Siwa yang melukiskan keberadaan Tuhan sudah dalam keadaan krida sebagai Tri Kona. Dalam hal inilah Tuhan sebagai Siwa bermanifestasi menjadi Tri Murti
Semuanya dilukiskan dengan sangat menarik di Pura Penataran Agung Besakih dan amat sesuai dengan konsep Weda kitab suci agama Hindu yang sebagaimana dijelaskan dalam sumber kutipan filsafat siwa siddhanta, keberadaan Pelinggih Padma Tiga sebagai simbol
  • bertemunya antara bhakti dan sweca yang akan diterima oleh manusia.
  • atau para bhakta sesuai dengan tingkatan bhakti-nya pada Tuhan. 
Bentuk bhakti pada Tuhan di samping secara langsung juga seyogianya dilakukan dalam wujud asih dan punia.
  • Asih sebagai bentuk bhakti pada Tuhan dengan menjaga kelestarian alam lingkungan dengan penuh kasih sayang, karena alam semesta ini adalah badan nyata dari Tuhan. Sedangkan 
  • Punia sebagai bentuk bhakti pada Tuhan dalam wujud pengabdian pada sesama umat manusia sesuai dengan swadharma kita masing-masing.
Tuhan telah menciptakan Rta sebagai pedoman atau norma untuk memelihara dan melindungi alam ini dengan konsep asih. Tuhan juga menciptakan dharma sebagai pedoman untuk melakukan pengabdian pada sesama manusia. Dengan konsep asih, punia dan bhakti itulah umat manusia meraih sweca-nya Tuhan yang dilambangkan di Pura Besakih di Mandala kedua ini.

Di Mandala ke tiga ini tepatnya di sebelah kanan Padma Tiga itu ada bangunan suci yang disebut Bale Kembang Sirang. Di Bale Kembang Sirang inilah upacara padanaan dilangsungkan saat ada upacara besar di Besakih seperti saat ada upacara Bhatara Turun Kabeh, upacara Ngusaba Kapat maupun upacara Manca Walikrama, apalagi upacara Eka Dasa Ludra.

Upacara padanaan yang dipusatkan di Bale Kembang Sirang inilah sebagai simbol bahwa antara bhakti umat dan sweca-nya Hyang Widhi bertemu.

Di Pura Penataran Agung Besakih sebagai simbol Sapta Loka tergolong Pura Luhuring Ambal-ambal. Ini dilukiskan bagaimana umat seyogianya melakukan bhakti kepada Tuhan dan bagaimana Tuhan menurunkan sweca kepada umat yang dapat melakukan bhakti dengan baik dan benar.

Dalam gambaran umum tentang Pura Besakih dalam sastra bali, Padma Tiga ini yang juga disebutkan sebagai stanaIda Bhatara Hyang Siwa Tiga yang ada dalam tataran Sapta Mandala dan dikelilingi oleh Catur Loka Pala sebagai simbol kelopak dari sari sebuah bunga tunjung yang memberikan rasa aman dan kenyamanan. 



Sumber : sejarahharirayahindu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sekar Madya